Don
Tapscott menemukan dua belas karakteristik penting dari ekonomi digital yang
harus diketahui dan dipahami oleh para praktisi manajamen, yaitu: Knowledge,
Digitazion, Virtualization, Molecularization, Internetworking,
Disintermediation, Convergence, Innoavation, Prosumption, Immediacy,
Globlization, dan Discordance. Berikut adalah penjelasan singkat dari
masing-masing aspek terkait (Tapscott, 1996).
1. Knowledge
Jika di
dalam ekonomi klasik tanah, gedung, buruh, dan uang merupakan faktor-faktor
produksi penting, maka di dalam ekonomi digital, knowledge atau pengetahuan
merupakan jenis sumber daya terpenting yang harus dimiliki organisasi.
Mengingat bahwa pengetahuan melekat pada otak manusia, maka faktor intelegensia
dari sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan merupakan penentu sukses
tidaknya organisasi tersebut dalam mencapai obyektifnya. Pengetahuan kolektif
inilah yang merupakan value dari perusahaan dalam proses penciptaan produk dan
jasa. Di samping itu, kemjuan teknologi telah mampu menciptakan berbagai produk
kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang pada dasrnya mampu membantu
manajemen dan staf perusahaan untuk meningkatkan kemampuan intelegensianya
(knowledge leveraging). Contoh produk perangkat lunak dan perangkat keras yang
dapat menjadi sistem penunjang pengambilan keputusan adalah decision support
system dan expert system. Konsep knowledge management akan menjadi kunci
keberhasilan sebuah perusahaan di era ini.
2.
Digitization
Digitazion
merupakan suatu proses transformasi informasi dari berbagai bentuk menjadi
format digit “0” dan “1” (bilangan berbasis dua). Walaupun konsep tersebut
sekilas nampak sederhana, namun keberadaannya telah menghasilkan suatu
terobosan dan perubahan besar di dalam dunia transaksi bisnis. Lihatlah bagaimana
bentuk gambar dua dimensi seperti lukisan dan foto telah dapat
direpresentasikan ke dalam format kumpulan bit sehingga dapat dengan mudah
disimpan dan dipertukarkan melalui media elektronik. Hal ini tentu saja telah
dapat meningkatkan efisiensi perusahaan karena mengurangi biaya-biaya terkait
dengan proses pembuatan, penyimpanan, dan pertukaran media tersebut. Bahkan
teknologi terakhir telah dapat melakukan konversi format analog video dan audio
ke dalam format digital. Kemajuan teknologi telekomunikasi yang memungkinkan
manusia untuk saling bertukar informasi secara cepat melalui email ke seluruh
penjuru dunia semakin memudahkan proses pengiriman dan pertukaran seluruh jenis
informasi yang dapat di-digitasi. Dengan kata lain, jika produk dan jasa yang ditawarkan
dapat direpresentasikan dalam bentuk digital, maka perusahaan dapat dengan
mudah dan murah menawarkan produk dan jasanya ke seluruh dunia. Electronic
publishing, virtual book store, internet banking, dan telemedicine merupakan
contoh berbagai produk dan jasa yang dapat ditawarkan di internet.
3.
Virtualization
Berbeda
dengan menjalankan bisnis di dunia nyata dimana membutuhkan aset-aset fisik
semacam gedung dan alat-alat produksi, di dunia maya dikenal istilah
virtualiasasi yang memungkinkan seseorang untuk memulai bisnisnya dengan
perangkat sederhana dan dapat menjangkau seluruh calon pelanggan di dunia. Di
dalam dunia maya, seorang pelanggan hanya berhadapan dengan sebuah situs
internet sebagai sebuah perusahaan (business to consumer), demikian pula relasi
antara berbagai perusahaan yang ingin saling bekerja sama (business to
business). Dalam menjalin hubungan ini, proses yang terjadi lebih pada
transaksi adalah pertukaran data dan informasi secara virtual, tanpa kehadiran
fisik antara pihak-pihak atau individu yang melakukan transaksi. Dengan kata
lain, bisnis dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja selama 24 jam
per-hari dan 7 hari seminggu secara on-line dan real time.
4.
Molecularization
Organisasi
yang akan bertahan dalam era ekonomi digital adalah yang berhasil menerapkan
bentuk molekul. Bentuk molekul merupakan suatu sistem dimana organisasi dapat
dengan mudah beradaptasi dengan setiap perubahan dinamis yang terjadi di
lingkungan sekitar perusahaan. Seperti diketahui, pada masa ini mayoritas
organisasi dikelola dengan menggunakan konsep struktur hirarkis atau yang lebih
maju lagi struktur matriks. Kedua konsep ini sangat rentan terhadap perubahan
sehingga akan memperlambat gerak perusahaan dalam menyesuaikan diri dengan
perkembangan pasar. Satu hal yang harus diingat adalah bahwa terjun ke dunia
maya berarti berhadapan head-to-head dengan perusahaan-perusahaan di seluruh
dunia. Perilaku mereka setiap hari akan sangat mempengaruhi struktur pasar dan
industri terkait yang seringkali akan merubah berbagai kondisi. Hal ini tentu
saja merupakan manifestasi dari persaingan bebas dan ketat yang terjadi
disamping merupakan strategi untuk memenangkan rivalitas. Dengan kata lain,
perubahan merupakan proses wajar yang harus dilakukan oleh perusahaan. Charles
Darwin mengatakan bahwa bangsa yang akan bertahan bukanlah yang paling besar
atau paling kuat, melainkan yang paling mampu beradaptasi dengan perubahan.
5.
Internetworking
Tidak ada
perusahaan yang dapat bekerja sendiri tanpa menjalin kerja sama dengan
pihak-pihak lain, demikian salah satu prasyarat untuk dapat berhasil di dunia
maya. Berdasarkan model bisnis yang dipilih, perusahaan terkait harus
menentukan aktivitas inti-nya (core activity) dan menjalin kerja sama dengan
institusi lain untuk membantu melaksanakan proses-proses penunjang (supporting
activities). Contoh dari pihak-pihak yang umum dijadikan sebagai rekanan adalah
vendor teknologi, content partners, merchants, pemasok (supplier), dan lain
sebagainya. Konsep bisnis yang ingin menguasai sumber daya sendiri dari hulu ke
hilir tidak akan bertahan lama di dalam ekonomi digital.
6.
Disintermediation
Ciri khas
lain dari arena ekonomi digital adalah kecenderungan berkurangnya mediator
(broker) sebagai perantara terjadinya transaksi antara pemasok dan pelanggan.
Contohnya mediator-mediator dalam aktivitas ekonomi adalah wholesalers,
retailers, broadcasters, record companies, dan lain sebagainya.
Perusahaan-perusahaan klasik yang menggantungkan diri sebagai mediator dengan
sendirinya terpaksa harus gulung tikar dengan adanya bisnis internet. Pasar
bebas memungkinkan terjadinya transaksi antar individu tanpa harus melibatkan
pihak-pihak lain.
7.
Convergence
Kunci
sukses perusahaan dalam bisnis internet terletak pada tingkat kemampuan dan
kualitas perusahaan dalam mengkonvergensikan tiga sektor industri, yaitu:
computing, communications, dan content. Komputer yang merupakan inti dari
industri computing merupakan pusat syaraf pengolahan data dan informasi yang
dibutuhkan dalam melakukan transaksi usaha. Adapun produk industri
communications yang paling relevan adalah infrastruktur teknologi informasi dan
komunikasi sebagai pipa penyaluran data dan informasi dari satu tempat ke
tempat lainnya. Persaingan sesungguhnya terletak pada industri content yang
merupakan jenis pelayanan atau jasa yang ditawarkan sebuah perusahaan kepada
pasar di dunia maya. Ketiga hal di atas merupakan syarat mutlak yang harus
dimiliki dan dikuasai pemakainnya untuk dapat berhasil menjalankan bisnis
secara sukses.
8.
Innovation
Aktivitas
di internet adalah bisnis 24 jam, bukan 8 jam seperti layaknya
perusahaan-perusahaan di dunia nyata. Keunggulan kompetitif (competitive
advantage) sangat sulit dipertahankan mengingat apa yang dilakukan seseorang
atau perusahaan internet lain sangat mudah untuk ditiru. Oleh karena itulah
inovasi secara cepat dan terus-menerus dibutuhkan agar sebuah perusahaan dapat
bertahan. Manajemen perusahaan harus mampu menemukan cara agar para pemain
kunci di dalam organisasi (manajemen dan staf) dapat selalu berinovasi seperti
layaknya perusahaan-perusahaan di Silicon Valley. Konsep learning organization
patut untuk dipertimbangkan dan diimplementasikan di dalam perusahaan.
9.
Prosumption
Di dalam
ekonomi digital batasan antara konsumen dan produsen yang selama ini terlihat
jelas menjadi kabur. Hampir semua konsumen teknologi informasi dapat dengan
mudah menjadi produsen yang siap menawarkan produk dan jasanya kepada
masyarakat dan komunitas bisnis. Contohnya adalah seseorang yang harus membayar
5 dolar US untuk mendapatkan akses ke dalam sebuah sistem mailing list.
Kemudian yang bersangkutan membuat sebuah komunitas mailing list dimana setiap
anggotanya harus membayar 1 dolar US kepadanya. Dalam waktu singkat yang
bersangkutan telah dapat memperoleh untung dari usaha kecil tersebut. Dalam
konteks ini, individu yang bersangkutan dikategorikan sebagai prosumer.
10.
Immediacy
Di dunia
maya, pelanggan dihadapkan pada beragam perusahaan yang menawarkan produk atau
jasa yang sama. Dalam memilih perusahaan, mereka hanya menggunakan tiga
kriteria utama. Secara prinsip mereka akan mengadakan transaksi dengan
perusahaan yang menawarkan produk atau jasanya secara cheaper, better, dan
faster dibandingkan dengan perusahaan sejenis. Mengingat bahwa switching cost
di internet sangat mudah dan murah, maka pelanggan akan terus menerus mencari
perusahaan yang paling memberikan benefit tertinggi baginya. Melihat hal inilah
maka perusahaan harus selalu peka terhadap berbagai kebutuhan pelanggan yang
membutuhkan kepuasan pelayanan tertentu.
11.
Globalization
Esensi
dari globalisasi adalah runtuhnya batas-batas ruang dan waktu (time and space).
Pengetahuan atau knowledge sebagai sumber daya utama, tidak mengenal batasan
geografis sehingga keberadaan entitas negara menjadi kurang relevan di dalam
menjalankan konteks bisnis di dunia maya. Seorang kapitalis murni akan
cenderung untuk melakukan bisnisnya dari sebuah tempat yang murah dan nyaman,
menjual produk dan jasanya kepada masyarakat yang kaya, dan hasil keuntungannya
akan ditransfer dan disimpan di bank yang paling aman dan memberikan bunga
terbesar. Segmentasi market yang selama ini sering dilakukan berdasarkan
batas-batas waktu dan ruang pun harus didefnisikan kembali mengingat bahwa
seluruh masyarakat telah menjadi satu di dalam dunia maya, baik komunitas
produsen maupun konsumen.
12.
Discordance
Ciri khas
terakhir dalam ekonomi digital adalah terjadinya fenomena perubahan struktur
sosial dan budaya sebagai dampak konsekuensi logis terjadinya perubahan
sejumlah paradigma terkait dengan kehidupan sehari-hari. Semakin ringkasnya
organisasi akan menyebabkan terjadinya pengangguran dimana-mana, mata
pencaharian para mediator (brokers) menjadi hilang, para pekerja menjadi
workoholic karena persaingan yang sangat ketat, pengaruh budaya barat sulit
untuk dicegah karena dapat diakses bebas oleh siapa saja melalui internet, dan
lain sebagainya merupakan contoh fenomena yang terjadi di era ekonomi digital.
Ketidaksiapan sebuah organisasi dalam menghadapi segala kemungkinan dampak
negatif yang timbul akan berakibat buruk (bumerang) bagi kelangsungan hidup
perusahaan.